Di atas pintu gapura pura dadia keluarga besar saya di Klungkung, ada sebuah petunjuk waktu. Yang telah lapuk dimakan usia. Yang hanya menyisakan keterangan bulan dan tahun : Juni 1952. Bagi masyarakat Bali, pura dadia adalah pura keluarga besar. Tempat suci yang sangat penting. Tempat bersejarah. Tempat asal para leluhur. Sekaligus juga tempat pemujaan kepada Hyang Widhi, yang maha tunggal. Karena itulah, dalam berbagai kesempatan saya sering menanyakan perihal sejarah yang berhubungan dengan keluarga besar saya. Mencatatnya. Dengan tujuan memperpanjang ingatan dan menolak lupa. Termasuk sejarah tentang pura dadia saya ini : Pura Dadia Arya Keloping di Desa Besang Kawan Tohjiwa. Di Klungkung, Bali. Salah satu orang yang bercerita pada saya adalah I Ketut Nurana. Saya biasa memanggilnya dengan sebutan Pak Okoh. Ia adalah kakak ipar dari ayah saya. Termasuk anggota keluarga yang sudah sepuh. Dan tentunya menjadi saksi langsung di masa-masa tahun 1950-an. Tahun di ...
Kumpulan catatan dan coretan-coretan dari I Komang Gde Subagia