Makan Ikan di Kedonganan |
Kedonganan, adalah desa yang terkenal sebagai kampung nelayan. Sentra ikan. Di Kecamatan Kuta. Di Bali selatan.
Tiga tahun sudah saya berkantor di Kedonganan. Dan selama tiga tahun itu, baru kali ini saya makan ikan saat jam makan siang. Di tepi pantai. Di sisi pesisir desa bagian barat. Tak jauh dari pasar ikan. Mantap sekali.
Sambil melihat laut biru di bawah terik mentari. Yang lengkap dengan perahu-perahu nelayan yang parkir di atas pasir. Serta wisatawan yang lalu lalang.
Pemandangan lain adalah villa-villa di pinggir-pinggir tebing di Jimbaran. Patung GWK di kejauhan. Juga pesawat yang sesekali beterbangan. Lepas landas atau mendarat di Bandara Ngurah Rai.
Suasana Pantai Kedonganan di siang hari |
Ini sangat jauh berbeda. Dibandingkan saat saya masih di Jakarta. Di kota besar. Yang pilihan tempat makan dan nongkrongnya hanya di kantin. Atau food court di mall sebelah gedung. Atau warung-warung di gang-gang kecil, di belakang kantor.
Desa Kedonganan memiliki garis pantai yang panjang. Karena lokasinya yang berada di cekingan Pulau Bali. Tak jauh dari bandara.
Di sebelah timur desa, ada pantai dengan hutan bakau. Tempat Teluk Benoa yang bermasalah itu. Di sebelah barat, pantai berpasir putih terbuka. Tempat yang pas melihat matahari terbenam. Sambil makan ikan.
Menyenangkan rasanya ngantor di Kedonganan. Di dekat pantai. Siang-siang di kala istirahat, bisa nongkrong di pantai. Seperti kali ini. Makan siang dengan menu ikan bakar. Lengkap dengan nasi, sayur plecing, dan es kelapa muda.
Biasanya kalau di Kedonganan, saya makan ikan untuk makan malam. Dengan rekan-rekan sekantor atau komunitas. Untuk acara-acara tertentu. Seperti buka puasa bersama. Atau sekedar acara hang out merayakan sesuatu. Dan itu pun di restoran-restorannya.
Tapi kali ini, saya makan siang di pasar ikan. Tepatnya di sebuah warung. Yang tak jauh dari pasar. Di sini, metode belanja dan makan ikannya beda.
Pertama, kita beli ikan di pasar dulu. Yang pasti, tentu pilihannya bukan ikan saja. Kita bisa beli yang lain. Udang. Kepiting. Lobster. Cumi. Kerang. Dan semuanya segar. Karena langsung didapat dari nelayan.
Berikutnya, barulah belanjaan itu dibawa ke warung. Warungnya bebas. Yang mana saja. Yang ada di sekitar pasar atau di tepi pantai. Di warung itulah kita bayar jasa untuk bakar ikan. Sekaligus beli nasi, sayur, atau minumannya.
Hmmm... Nikmat. Sambil menyeruput air kelapa muda. Dan melihat laut biru Samudera Hindia.
Beli ikan di Pasar Ikan Kedonganan |
Bakar ikan di salah satu warung |
Makan ikan itu baik. Kata para peneliti, banyak manfaatnya. Begitu juga kata Susi Pudjiastuti. Si ibu menteri kelautan. Yang selalu menganjurkan makan ikan.
Ini jasa Ibu Susi. Kata Bagus Andika, menegaskan. Ia teman sekantor yang mengajak saya makan siang.
Alaaannya memang masuk akal. Kita bisa makan ikan dengan harga murah. Karena maling ikan dari luar jadi susah. Kapal-kapal para malinh ditangkap dan ditenggalamkan. Ikan di perairan kita jadinya melimpah. Nelayan dapat banyak. Masyarakat bisa beli dengan mudah.
Peta Bali (Klik kanan dan buka untuk memperbesar tampilan) |
Peta Kedonganan dan sekitarnya (Klik kanan dan buka untuk memperbesar tampilan) |
Tapi ngomong-ngomong soal manfaat makan ikan dan Ibu Susi, ibu menteri ini menganjurkan untuk menjaga Pantai Kedonganan tidak ya? Terutama pantai di sebelah timur. Di Teluk Benoa.
Lho... Kok jadi membahas Teluk Benoa? Tapi tak apa disinggung sedikit. Teluk Benoa kan bagian dari Kedonganan juga. Tempat para nelayan. Tempat ikan-ikan juga. Tapi Ibu Susi malah mengeluarkan izin lokasi untuk reklamasi di sana. Itu bagaimana ya? []
I Komang Gde Subagia - Kuta, Agustus 2019
Comments
Post a Comment