Pukul tiga pagi.
"Kukuruyuuuk...," seekor ayam sabungan berkokok di bawah jendela yang masih diliputi kegelapan malam.
Pukul empat pagi.
Ketika warna dini hari yang tipis mulai merembes pada ventilasi jendela dekat atap, seekor ayam berkokok pertama kali di kejauhan seolah-olah menunggu saat itu.
Sesudah itu anjing, babi, sapi, dan binatang peliharaan lainnya mengucapkan selamat pagi dengan serentak.
Suaranya bergema berat dan rendah seperti lahar memancar keluar dari perut bumi.
Ketika paduan suara itu menjadi semakin nyaring, entah dari mana warna fajar mulai mengalir dengan tenangnya.
Rasanya tidak dapat dipercaya ada kegelapan sebelumnya.
"Cit-cit-cit...," kicau burung terdengar semakin mendekati jendela. Aku membuka pintu dengan perlahan.
Tampaklah embun pagi berkilauan menyelimuti dedaunan.
Udara pagi yang tenang tidak mau bergerak sedikit pun dan fajar mulai menyingsing dengan lembut di Pulau Bali.
Tiba-tiba melintaslah bayangan burung pada pandanganku.
Di atas daun pepaya yang jauh lebih besar daripada dedaunan lainnya, seekor anak burung sedang menggelepar-geleparkan sayapnya.
Sekejap hatiku berdebar-debar. Aku menahan nafas karena terpaku akan pemandangan itu.
Pada daun pepaya yang besar itu seberkas sinar matahari pagi mengalir di antara pepohonan, menimbulkan pantulan sinar terang bagai adegan yang disorotkan pada layar putih.
Menggelepar-gelepar lincah dan berkicau dengan gembira, ternyata mandi burunglah yang kusaksikan. Tanpa kusadari, aku melonggarkan genggamanku saking tegang.
Tak pernah kubayangkan tentang seekor anak burung yang mandi dengan embun pagi pada dedaunan. Pada saat itu aku merasakan keberadaanku di tengah-tengah alam semesta.
Seekor tupai berlari melintas, sebentar kelihatan, sebentar menghilang di balik batang pohon kelapa yang puncaknya bermandikan warna merah matahari pagi.
Tupai itu memanjat pohon kelapa sambil melambai-lambaikan ekornya yang lebat dan panjang seakan-akan menikmati fajar yang cerah.
Berlainan sekali dengan adegan anak burung yang tadi sedang mandi, yang sangat mengherankanku, aku dapat memandangnya dengan tenang.
Ketika aku menyadari bahwa aku sedang berdiri terpaku memandang lincahnya tupai itu, matahari sudah terbit menyinari alam sekitar dan angin segar menggoyangkan pepohonan. []
Taken from Nishiyama Takashi - Bali dalam Kabut Pagi
Pendeskripsiannnya cakep banget.
ReplyDeleteYo'i Mut. Selain deskripsi tulisannya yang indah nian dalam menggambarkan pandangan matanya, coretan pensil Nishiyama Takashi ini juga maknyus. Gambar di atas itu salah satu lukisannya.
DeleteTerima kasih sudah berbagi artikel yang menarik ini,,
ReplyDeleteJadi pingin liburan ke Bali nih