Hari Raya Nyepi bagi warga Hindu Bali sudah lewat beberapa hari yang lalu. Saat itu seluruh aktivitas sehari-hari warga di Pulau dewata tersebut dihentikan dalam menyambut tahun baru saka yang jatuh pada pinanggal pisan sasih purnama kedasa atau hari pertama menuju bulan purnama yang kesepuluh berdasarkan penanggalan Bali. Ada empat pantangan yang dikenal dengan catur brata penyepian yang tidak boleh dilanggar ketika hari nyepi tersebut. Keempat pantangan tersebut adalah tidak boleh menyalakan api atau cahaya, tidak boleh melakukan pekerjaan, tidak boleh melakukan perjalanan atau keluar rumah, dan tidak boleh menikmati hiburan. Tetapi pantangan-pantangan di atas tidak berlaku bagi pecalang atau polisi adat yang bertugas maupun orang-orang yang mengalami keadaan khusus.

Kebisingan yang sehari-hari terjadi pun berkurang. Pasar, pertokoan, dan pusat-pusat keramaian beristirahat. Suara-suara yang dalam keseharian luput dalam pendengaran tiba-tiba begitu menjadi menarik. Begitu jelas terdengar kicauan burung, kokokan ayam, dan gonggongan anjing di sela-sela hembusan angin. Juga sesekali terdengar suara anak-anak tetangga yang bercanda dan bersembunyi dari teguran para orang tua mereka di Hari Raya Nyepi. Sementara berkurangnya penggunaan cahaya buatan sangat terasa di malam hari. Nyepi adalah hari pertama setelah sasih tilem kesanga atau bulan mati kesembilan penanggalan Bali. Ini artinya langit akan mengalami kondisi gelap tanpa bulan dan pendaran lampu-lampu ke udara dari wilayah-wilayah pemukiman. Sementara ini tidak berlaku pada bintang-bintang. Kondisi pulau yang gelap dan tanpa bulan menyebabkan bintang-bintang yang ukurannya lebih kecil banyak terlihat, begitu juga bintang-bintang yang lebih besar pendaran cahayanya menjadi lebih kuat. Jika tidak dalam kondisi Nyepi, tentu jumlah bintang yang bisa dilihat akan lebih sedikit. National Geographic pernah melaporkan bahwa penggunaan lampu-lampu di pemukiman manusia berpengaruh pada bintang-bintang di angkasa yang bisa kita amati, inilah yang bisa dikatakan sebagai polusi cahaya.
Terlepas dari perkara ritual tradisi dan perayaan agama di Pulau Bali, siapa pun bisa mengambil manfaat dari kondisi sepi ini. Bumi tempat manusia berpijak bisa melakukan istirahat sejenak dari aktivitas manusia yang membutuhkan sumber daya energi dan mengeksploitasi alam. Dari besarnya pengaruh kondisi sepi tersebut bagi planet tempat kita berpijak, tentu akan berpengaruh besar jika kondisi tersebut terlaksana di tempat-tempat lain. Dan tentu saja pengaruh tersebut bukan saja ditujukan hanya untuk kepentingan ritual dan perayaan agama seperti Nyepi. Juga bukan saja dilaksanakan hanya untuk event-event peringatan sesaat seperti Hari Bumi, Hari Lingkungan Hidup, atau Earth Hour. Tetapi lebih kepada kesadaran kita semua sebagai umat manusia bahwa sedikit hal yang kita lakukan untuk kelangsungan kehidupan di planet ini akan berpengaruh besar jika kita lakukan secara bersama-sama.
Klungkung, Maret 2012
Comments
Post a Comment