Tuan, hari ini tanggal 17 Agustus 2009. Tuan tentu tahu ini hari berarti apa untuk rakyat Indonesia. Hari ini hari peringatan kemerdekaan kami. Pengibaran merah putih sudah kami lakukan. Ia sudah berkibar dengan gagah.
Tuan, hari ini kami juga bergembira. Mengadakan lomba panjat pinang, tradisi yang telah tuan wariskan. Ketika seperti dahulu tuan mengadakan acara besar seperti hajatan, pernikahan, dan lain-lain. Kami orang pribumi mengikuti lomba yang tuan selenggarakan. Memperebutkan hadiah keju, gula, dan kemeja. Barang-barang yang bagi kami sungguh sangat mewah.
Tuan, sementara kami pribumi bersusah payah memperebutkan hadiah, tuan dan teman-teman Belanda tuan menonton kami dan tertawa. Sementara kami pribumi berkeringat dan bersusah payah memperebutkan hadiah, tuan-tuan masih terbahak menertawakan penderitaan susahnya memanjat pinang. Bisa dibayangkan pelecehan yang tuan lakukan.
Tuan, sampai hari ini budaya tuan masih kami lestarikan. Tentu bukan untuk mengenang penghinaan tuan. Tapi untuk mengingat penderiatan dan susahnya perjuangan kami pribumi, dan para pendahulu kami. Kalau tuan saat ini tertawa menontonnya, tertawalah. Memanjat pinang itu memang menggembirakan.
Tuan, kami tidak dendam. Tuan sendiri tahu kalau kita sudah bersahabat. Mari kita jaga semua ini tuan. Mari kita bijak akan sejarah yang menggores perjalanan kita. Sampai hari ini 64 tahun berjalan, kemerdekaan kami adalah sakral. Lebih dari sekadar hadiah di pohon pinang. Dan kemerdekaan itu akan selalu kami pertahankan.
Salam dari kami tuan. Hanya sekedar untuk mengingatkan. Merdeka!!!
Panjat Pinang History Taken from WikipediaTuan, hari ini kami juga bergembira. Mengadakan lomba panjat pinang, tradisi yang telah tuan wariskan. Ketika seperti dahulu tuan mengadakan acara besar seperti hajatan, pernikahan, dan lain-lain. Kami orang pribumi mengikuti lomba yang tuan selenggarakan. Memperebutkan hadiah keju, gula, dan kemeja. Barang-barang yang bagi kami sungguh sangat mewah.
Tuan, sementara kami pribumi bersusah payah memperebutkan hadiah, tuan dan teman-teman Belanda tuan menonton kami dan tertawa. Sementara kami pribumi berkeringat dan bersusah payah memperebutkan hadiah, tuan-tuan masih terbahak menertawakan penderitaan susahnya memanjat pinang. Bisa dibayangkan pelecehan yang tuan lakukan.
Tuan, sampai hari ini budaya tuan masih kami lestarikan. Tentu bukan untuk mengenang penghinaan tuan. Tapi untuk mengingat penderiatan dan susahnya perjuangan kami pribumi, dan para pendahulu kami. Kalau tuan saat ini tertawa menontonnya, tertawalah. Memanjat pinang itu memang menggembirakan.
Tuan, kami tidak dendam. Tuan sendiri tahu kalau kita sudah bersahabat. Mari kita jaga semua ini tuan. Mari kita bijak akan sejarah yang menggores perjalanan kita. Sampai hari ini 64 tahun berjalan, kemerdekaan kami adalah sakral. Lebih dari sekadar hadiah di pohon pinang. Dan kemerdekaan itu akan selalu kami pertahankan.
Salam dari kami tuan. Hanya sekedar untuk mengingatkan. Merdeka!!!
Jakarta, Agustus 2009
baru tau.. klo panjat pinang itu sejarahnya seperti itu..
ReplyDeleteHmm..
thanks infonya gan =)
OK Mbak Uuth...
ReplyDeleteSama-sama... :-)
ga tau knapa.. kok jadi berkaca kaca baca tulisan yang ini.. *mewek*
ReplyDelete