Bung, John F. Kennedy terkenal dengan kata-kata bijaknya, "Jangan bertanya apa yang telah negara berikan kepadamu, tanyalah apa yang kamu berikan pada negaramu".
Bung, jangan bertanya kenapa tanggal 22 April disebut hari bumi, tanyalah apa yang telah Bung berikan pada bumi ini. Bung pernah bertanya, kira-kira apa keadaan Negeri Indonesia pada tahun 2050. Masih lama bung, kenapa dipikirkan.
Ok lah bung. Saya pada tahun 2002 pernah baca artikel majalah National Geographic bahwa pada 2050 air laut naik 50-70 cm dibanding saat artikel dibuat. Suhu rata-rata terus naik. Hutan makin berkurang, sea food habis dan gambaran-gambaran seram lainnya. Jadi bung, kota Semarang sebagian akan tenggelam. Juga kota-kota pesisir lain. Kesulitan air bersih terjadi di mana-mana.
Bung, gambaran menakutkan lagi adalah jumlah penduduk. Bung tahu, pemerintahan Indonesia pasca Soeharto gagal dalam melanjutkan program KB. Ingat bung, di Yogya pernah diusulkan ATM kondom. Tapi mereka yang berbudi pekerti dan berbudaya timur menolak. Akses informasi dan alat-alat kontrasepsi susah. Berbeda dengan zaman Soeharto, penyuluh KB di mana-mana.
Bulan Februari lalu terjadi perdebatan estimasi jumlah jiwa di suatu desa daratan Riau yang terdiri dari 1300 KK. Kira-kira kalikan 4 saja, demikian ada berkata. Setelah didata dengan teliti, ternyata jumlah jiwa 7000 lebih. Jadi dalam 1 KK rata-rata ada 5-6 jiwa. Gambaran ini menunjukkan bahwa penduduk-penduduk desa masih menghasilkan banyak anak.
Diperkirakan pada tahun 2050 jumlah penduduk Indonesia akan 353 juta. Lahan pertanian di desa habis dan kekurangan air, urbanisasi meningkat, alhasil 2/3 hidup penduduk memadati perkotaan yang infrastrukturnya belum siap. Kota penuh dengan pengangguran. Ditutupnya komplek-komplek pelacuran oleh mereka yang berakhlak tinggi, membuat pelacur menyebar di lorong-lorong, losmen dan hotel, penyakit menular seksual mewabah, sulit dikontrol.
Bahan bakar fosil makin tipis, aliran listrik lebih banyak padamnya, pesawat tv jarang menyala, hiburan satu-satunya adalah membuat anak.
Gang-gang sempit di kota. Kubangan hitam di sana-sini, udara kotor, susah makan dan narkoba membuat anak-anak tidak sehat dan berkurang tingkat kecerdasannya. Dengan tingkat konsumenisme yang tinggi dan kegilaan pada produk-produk jadi, membuat Indonesia makin dicengkeram aturan perusahaan asing. Hutang menggila.
Bung, mengerikan bukan? Tapi jangan ikut pesimis. Itu hanya gambaran dalam otak saya saja. Semoga tidak terjadi sungguh-sungguh.
Taken from Wahyu "Bedjat" Djatmiko
Jakarta, April 2009
Bung, jangan bertanya kenapa tanggal 22 April disebut hari bumi, tanyalah apa yang telah Bung berikan pada bumi ini. Bung pernah bertanya, kira-kira apa keadaan Negeri Indonesia pada tahun 2050. Masih lama bung, kenapa dipikirkan.
Ok lah bung. Saya pada tahun 2002 pernah baca artikel majalah National Geographic bahwa pada 2050 air laut naik 50-70 cm dibanding saat artikel dibuat. Suhu rata-rata terus naik. Hutan makin berkurang, sea food habis dan gambaran-gambaran seram lainnya. Jadi bung, kota Semarang sebagian akan tenggelam. Juga kota-kota pesisir lain. Kesulitan air bersih terjadi di mana-mana.
Bung, gambaran menakutkan lagi adalah jumlah penduduk. Bung tahu, pemerintahan Indonesia pasca Soeharto gagal dalam melanjutkan program KB. Ingat bung, di Yogya pernah diusulkan ATM kondom. Tapi mereka yang berbudi pekerti dan berbudaya timur menolak. Akses informasi dan alat-alat kontrasepsi susah. Berbeda dengan zaman Soeharto, penyuluh KB di mana-mana.
Bulan Februari lalu terjadi perdebatan estimasi jumlah jiwa di suatu desa daratan Riau yang terdiri dari 1300 KK. Kira-kira kalikan 4 saja, demikian ada berkata. Setelah didata dengan teliti, ternyata jumlah jiwa 7000 lebih. Jadi dalam 1 KK rata-rata ada 5-6 jiwa. Gambaran ini menunjukkan bahwa penduduk-penduduk desa masih menghasilkan banyak anak.
Diperkirakan pada tahun 2050 jumlah penduduk Indonesia akan 353 juta. Lahan pertanian di desa habis dan kekurangan air, urbanisasi meningkat, alhasil 2/3 hidup penduduk memadati perkotaan yang infrastrukturnya belum siap. Kota penuh dengan pengangguran. Ditutupnya komplek-komplek pelacuran oleh mereka yang berakhlak tinggi, membuat pelacur menyebar di lorong-lorong, losmen dan hotel, penyakit menular seksual mewabah, sulit dikontrol.
Bahan bakar fosil makin tipis, aliran listrik lebih banyak padamnya, pesawat tv jarang menyala, hiburan satu-satunya adalah membuat anak.
Gang-gang sempit di kota. Kubangan hitam di sana-sini, udara kotor, susah makan dan narkoba membuat anak-anak tidak sehat dan berkurang tingkat kecerdasannya. Dengan tingkat konsumenisme yang tinggi dan kegilaan pada produk-produk jadi, membuat Indonesia makin dicengkeram aturan perusahaan asing. Hutang menggila.
Bung, mengerikan bukan? Tapi jangan ikut pesimis. Itu hanya gambaran dalam otak saya saja. Semoga tidak terjadi sungguh-sungguh.
Taken from Wahyu "Bedjat" Djatmiko
Jakarta, April 2009
mudah-mudahan masih ada yang bisa kita perbuat bagi bumi ini.
ReplyDeleteSip Om...
ReplyDelete*kangen senyum Ibu Pertiwi*
ReplyDeleteBanyak yg bisa kita perbuat bro... Start riding bike, salam berjuta sepeda...
ReplyDeleteAct beyond green
^Walah... Adit.
ReplyDeletePromosi sepeda nih bro sekarang? :-)
Mantap!