Kasihan bangsa yang mengenakan pakaian yang tidak ditenunnya,
memakan roti dari gandum yang tidak mereka panen,
dan meminum anggur yang mereka tidak memerasnya.
Kasihan bangsa yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan
dan menganggap penindasan sebagai hadiah.
Kasihan bangsa yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya ketika tidur,
sementara menyerah padanya ketika bangun.
Kasihan bangsa yang tidak pernah angkat suara kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan,
tidak sesumbar kecuali di atas reruntuhan,
dan tidak memberontak kecuali ketika lehernya sudah berada di antara pedang dan landasan.
Kasihan bangsa yang negarawannya srigala,
filosofnya gentong nasi,
dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.
Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya dengan terompet kehormatan
namun melepasnya dengan cacian,
hanya untuk menyambut penguasa baru lain dengan terompet lagi.
Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu menghitung tahun-tahun berlalu
dan orang kuatnya masih dalam gendongan.
Kasihan bangsa yang terpecah-pecah,
dan masing-masing pecahan menganggap dirinya sebagai bangsa.
Taken from Kahlil Gibran
Bandung, April 2009
memakan roti dari gandum yang tidak mereka panen,
dan meminum anggur yang mereka tidak memerasnya.
Kasihan bangsa yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan
dan menganggap penindasan sebagai hadiah.
Kasihan bangsa yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya ketika tidur,
sementara menyerah padanya ketika bangun.
Kasihan bangsa yang tidak pernah angkat suara kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan,
tidak sesumbar kecuali di atas reruntuhan,
dan tidak memberontak kecuali ketika lehernya sudah berada di antara pedang dan landasan.
Kasihan bangsa yang negarawannya srigala,
filosofnya gentong nasi,
dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.
Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya dengan terompet kehormatan
namun melepasnya dengan cacian,
hanya untuk menyambut penguasa baru lain dengan terompet lagi.
Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu menghitung tahun-tahun berlalu
dan orang kuatnya masih dalam gendongan.
Kasihan bangsa yang terpecah-pecah,
dan masing-masing pecahan menganggap dirinya sebagai bangsa.
Taken from Kahlil Gibran
Bandung, April 2009
dan bangsa itu adalah Indonesia?
ReplyDeleteSemoga saja bukan!
ReplyDeleteAnda posting terkait dengan Pemilihan umum Jor? Moga saja bangsa ini tidak seperti itu ya.
ReplyDeleteAis ada Bli Wayan...
ReplyDeleteIya Yan. Tersirat begitu.
Bangsa yang besar tercermin dari individu rakyatnya yang berjiwa besar.
:-)
emang fans Gibran sejati!! mantap jor keep it
ReplyDelete@Cothat : Apa Det...?
ReplyDelete