Skip to main content

Posts

Jalan Kaki

Saya suka jalan kaki. Beberapa tahun belakangan ini, saya selalu membiasakan diri berjalan kaki ke mana pun. Terutama yang jaraknya tak lebih dari lima kilometer. Bahkan sesekali hingga belasan kilometer. Apa pasal? Yang pertama adalah untuk melatih fisik. Kedua karena saya ikut beberapa challenge di Strava yang menghitung prestasi berdasarkan jarak tempuh dengan berlari atau berjalan kaki. Dan yang ketiga adalah karena kebiasaan itu saya jadikan ajang rekreasi, di mana saya bisa menyaksikan berbagai peristiwa yang tentu terlewatkan jika dilalui dengan kendaraan bermotor. Rasanya ada yang aneh dengan kebiasaan jalan kaki ini. Bayangkan, entah berapa kali saya berkeliling di sekitar rumah untuk sekedar beli panganan ringan, misalnya, sebanyak itu pula saya terlihat aneh di mata orang lain yang melihat. Kadang beberapa hari sekali saban sore, saya sengaja berkeliling kota menyusuri trotoar melalui gang-gang tersembunyi, tak jarang beberapa mata menatap saya curiga. Mungkin karena saya s
Recent posts

Pilih!

Saya menemukan pertanyaan di Threads. Tentang sebuah pertarungan atau pertahanan yang harus kita lakukan. Dengan kondisi dan syarat tertentu yang membuat saya sedikit berpikir keras. Dalam kolom komentarnya, saya tak melihat jawaban pasti. Yang ada, hanya jawaban-jawaban dari komentatornya dengan berbagai alasan. Jadi, Anda diharuskan bertarung di sebuah medan pertempuran. Anda bisa memilih dua jenis petarung yang akan berada di pihak Anda, tetapi sisanya akan bergabung menjadi musuh dan bertugas memburu Anda. Medan pertarungan memiliki luas kurang lebih satu stadion sepak bola. Waktu pertempuran adalah satu kalil enam puluh menit alias satu jam. Tugas Anda adalah bertahan hidup sampai waktu pertempuran berakhir. Berikut ini adalah jenis petarung dan jumlahnya yang bisa Anda dipilih untuk melindungi. Semuanya mahir bertarung dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kira-kira, mana yang akan kamu pilih (dua saja)? Dan sebutkan alasannya! 1 pemburu bersenjata 3 beruang 4 singa 5

Bersih dan Rapi

Dulu, teman saya pernah membahas tentang kebersihan dan kerapian. Saya teringat idenya itu. Karena rasanya ada banyak hal di sekitar kita yang perlu ditangani dengan menerapkan konsep bersih dan rapi ini. Bersih memiliki arti bahwa benda atau lokasi yang terbebas dari material yang seharusnya tak di sana, terutama yang merugikan seperti kuman dan kotoran. Sedangkan rapi adalah kondisi yang tertib, teratur, tersusun, dan enak dipandang. Jadi, bersih belum tentu rapi. Begitu juga sebaliknya, rapi belum tentu bersih. Tapi perpaduan keduanya menghasilkan hal yang hebat. Bersih dan rapi tidak hanya dimaksudkan kepada hal-hal yang berwujud saja. Baik itu pakaian, rumah, tempat kerja, jalanan, dan sebagainya. Tetapi juga berlaku pada hal-hal yang abstrak atau tak berwujud. Dan inilah yang sangat penting. Apa saja yang tak berwujud itu? Bisa pikiran, wawasan, permasalahan, strategi, dan sejenisnya. Kenapa bersih dan rapi ini menjadi penting? Dan kenapa juga saya mengatakan bahwa ia bisa mengha

Catatan Kecil dari Ambon

Secangkir kopi susu rempah dan sepiring roti sus menemani sore kala menunggu malam di Ambon. Saya bersama Pak Arif duduk melepas lelah di satu sudut ruangan. Di dalam kedai kopi yang bernama Rumah Kopi Tradisi Joas. Pemandangan suatu siang di Teluk Ambon. Tradisi Minum Kopi Maluku mungkin tak memiliki kopi khas seperti di Bali, Flores, Toraja, Papua, Aceh, atau beberapa daerah lain di Sumatera. Tapi kebiasaan minum kopi di Kota Ambon terlukis jelas di kedai-kedai pinggiran jalan. Seperti yang saya lihat di salah satu kedai yang ada di Jalan Said Perintah. Saya melihat keramaian kedai kopi di Ambon berbeda dengan keramaian kafe-kafe kopi kekinian di Bali. Atau mungkin di Jakarta. Di Bali, tempat minum kopi dominan dipenuhi oleh anak-anak muda usia belasan atau duapuluhan. Nongkrong sampai malam. Yang menurut saya, esensinya lebih pada pergaulan dan eksistensi para generasi z dan milenial. Sementara di Ambon, kedai kopi yang lebih sering disebut dengan rumah kopi, tak didominasi oleh kun

Kota Baru Masohi

Masohi adalah nama sebuah kota di Pulau Seram. Ia menjadi ibu kota kabupaten terbesar di Provinsi Maluku: Maluku Tengah. Wilayahnya mencakup sebagian besar Pulau Seram, sebagian Pulau Ambon, pulau-pulau kecil di Kepulauan Lease, bahkan hingga ke Kepulauan Banda yang jauh di selatan. Patung Soekarno di depan Pendopo Kantor Bupati Maluku Tengah. Kota Gotong Royong Berbicara tentang Masohi, kota ini adalah kota baru yang berdiri pasca kemerdekaan Indonesia. Kisahnya tak bisa lepas dari sosok Presiden Indonesia pertama: Soekarno. Patungnya berdiri gagah di depan kantor pemerintahan setempat. Kala itu pada tanggal 3 November 1958, Bung Karno menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di Pulau Seram. Sang Proklamator meresmikan kegiatan pembukaan kota baru. Di hutan yang menjadi wilayah Negeri Amahai dan sebagian Negeri Haturu. Ditandai dengan peletakkan batu pertama dan penanaman pohon beringin. Peristiwa bersejarah itu menjadi titik awal sejarah perjalanan Kota Masohi. Yang kemudian dijadikan

Kembali ke Piliana

Cuaca berubah cepat di Binaiya. Selepas siang, kabut berdatangan. Awan tebal kelabu bergulung-gulung. Mendung makin pekat. Ini seperti  hari-hari kemarin. Hujan selalu turun saban sore. Sepatu dan celana yang kotor ketika turun ke Aimoto. (Foto oleh Abdul Kholik) Pos 6 Waifuku Selepas tengah hari, setelah beristirahat cukup lama di bawah pohon jomblo, kami semua turun. Menyusuri lagi jalur pendakian ke arah sebaliknya. Yang tadi pagi telah kami lalui. Kembali ke Pos 4 Isiali. Ratusan meter di bawah pohon jomblo, ada dataran yang cukup luas. Membentang di antara bebatuan. Itu biasanya disebut Pos 6 Waifuku. Karena lokasinya berada tak jauh dari Puncak Waifuku. Saat perjalanan ke puncak sebelumnya, saya melihat ada satu rombongan pendaki. Mereka bermalam di Pos 6 Waifuku ini. Tenda-tendanya terpasang di bawah pepohonan rindang. Saat kami tiba lagi, mereka sudah tak ada. Sudah turun ke bawah. Menurut saya, Pos 6 Waifuku tempat yang nyaman untuk 'ngecamp'. Selain jaraknya yang tak