Skip to main content

Posts

Naik Kapal

Awan mendung bergelayut di langit pada sore ini. Seharian, Ambon diguyur hujan. Bahkan sesekali, gerimis masih turun. Kondisi ini menambah kesyahduan bagi saya menjelang keberangkatan ke Pulau Damer. Walaupun saya menyukai perjalanan, selalu ada perasaan aneh berkecamuk di dada. Seperti adrenalin yang membuncah, di mana kecemasan bercampur aduk dengan rasa penasaran dan ingin tahu. Entah apa yang akan ditemui dalam perjalanan ini. Dan hujan jadi melengkapi suasana di hati. Bekal Perjalanan Kami telah 'check out' dari hotel tempat menginap. Dalam perjalanan menuju pelabuhan, kami mampir membeli nasi goreng merah. Begitu nasi itu disebut. Sepertinya karena warung yang menjualnya adalah warung 'chinesee food', di mana menu-menu mereka cenderung berwarna merah dan berbahan babi. Nasi goreng itu dibungkus untuk dijadikan bekal selama di kapal nanti. Kata Om Nicky yang mengantar kami, porsi sebungkus nasi goreng itu melimpah. Di Ambon, porsi sebungkus nasi memang banyak. Dan ...
Recent posts

Jalan Kaki

Saya suka jalan kaki. Beberapa tahun belakangan ini, saya selalu membiasakan diri berjalan kaki ke mana pun. Terutama yang jaraknya tak lebih dari lima kilometer. Bahkan sesekali hingga belasan kilometer. Apa pasal? Yang pertama adalah untuk melatih fisik. Kedua karena saya ikut beberapa challenge di Strava yang menghitung prestasi berdasarkan jarak tempuh dengan berlari atau berjalan kaki. Dan yang ketiga adalah karena kebiasaan itu saya jadikan ajang rekreasi, di mana saya bisa menyaksikan berbagai peristiwa yang tentu terlewatkan jika dilalui dengan kendaraan bermotor. Rasanya ada yang aneh dengan kebiasaan jalan kaki ini. Bayangkan, entah berapa kali saya berkeliling di sekitar rumah untuk sekedar beli panganan ringan, misalnya, sebanyak itu pula saya terlihat aneh di mata orang lain yang melihat. Kadang beberapa hari sekali saban sore, saya sengaja berkeliling kota menyusuri trotoar melalui gang-gang tersembunyi, tak jarang beberapa mata menatap saya curiga. Mungkin karena saya s...

Jejak Perang Dunia Kedua

Ada satu tempat yang menurut saya unik dan menarik di Ambon. Saya katakan unik karena ia memiliki tampilan berbeda dengan kondisi sekitarnya. Tempat ini bernama Commonwealth War Cemetry. Ini adalah kompleks pemakaman bekas tentara sekutu. Lokasinya di Kampung Tantui di Negeri Kasturi. Sewaktu ke Pantai Natsepa sehari sebelumnya, saya tidak melalui Jalan Jendral Sudirman yang menjadi jalan utama kota. Kami melalui jalan lain untuk menghindari kemacetan, yaitu Jalan Sultan Hasanudin. Saat itulah saya melihat taman yang rindang dan asri dari dalam kendaraan. Yang jika dilihat dari pinggir jalan, taman itu sekilas terlihat seperti taman kota biasa. Kata Om Nicky, itu adalah taman makam pahlawan tentara Sekutu. Saat itu, kami tak mampir waktu melewatinya. Hingga akhirnya hari ini, ketika siang telah beranjak menuju sore, saya memutuskan untuk jalan-jalan ke sana. Berjalan kaki dari hotel tempat menginap. Saya sendirian saja. Sekalian olah raga. Melihat-melihat sudut-sudut Ambon yang belum s...

Akhir Pekan di Ambon

Tiket ke Damer sudah didapatkan di hari Jumat. Jadwal kapal cepat dari Ambon ke Damer adalah setiap hari Senin. Hal ini membuat kami harus menunggu di akhir pekan. Apa yang bisa saya lakukan dalam dua hari ini untuk mengisi waktu luang di akhir pekan? Gong Perdamaian Semalam, usai minum kopi di Kedai Kopi Tradisi Joas, kami semua (saya, Asa, Andre, dan Candra) berjalan kaki menyusuri kota. Tujuannya kembali ke hotel tempat kami menginap, yang jaraknya tak lebih dari dua kilometer. Sambil singgah ke gong perdamaian. Di antara kami berempat, hanya Candra yang belum pernah ke ikon kota ini. Karena ini adalah pertama kalinya ia ke Ambon. Malam hari, suasana di gong perdamaian berwarna-warni. Saya katakan demikian karena warna-warni cahaya lampu yang berpendar meneranginya. Kadang merah, kadang kuning. Kadang juga hijau, biru, dan ungu; yang berganti setiap berapa detik. Ini menarik perhatian anak-anak. Saya perhatikan, beberapa pengunjung adalah keluarga yang membawa anak-anak kecil. Di ba...

Bukit Karang Panjang

Hari telah menjelang sore. Saya mulai menutup laptop. Mengakhiri jam kerja pada hari ini. Saya lebih banyak menghabiskan waktu di kamar hotel seharian. Berkutat dengan pekerjaan yang saya bawa dari rumah. Hanya sempat jalan kaki sejauh dua kilometer, pergi pulang ke warung coto makassar untuk makan siang. Ketika menutup laptop, Asa dan rekan-rekannya baru datang dari Kantor Dinas KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) Provinsi Maluku. Mereka telah selesai presentasi kegiatan serta mengurus perizinan penelitian yang akan dilakukan di Damer. Dan syukurlah, kabar dari mereka cukup baik. Tak ada halangan berarti dalam perizinan itu.  Beberapa pegawai KKP berpesan untuk hati-hati ketika nanti tiba di Damer, kata Asa pada saya. Ia juga diceritai tentang kisah-kisah horor menakutkan. Bahwa di sana yang terpencil, desa dan hutannya banyak dihuni mahluk-mahluk mistis. Ada-ada saja. Bukannya tak menghormati cerita lokal, saya lebih takut berkegiatan di laut. Oh, ya. Saya melihat Asa membaw...

Pilih!

Saya menemukan pertanyaan di Threads. Tentang sebuah pertarungan atau pertahanan yang harus kita lakukan. Dengan kondisi dan syarat tertentu yang membuat saya sedikit berpikir keras. Dalam kolom komentarnya, saya tak melihat jawaban pasti. Yang ada, hanya jawaban-jawaban dari komentatornya dengan berbagai alasan. Jadi, Anda diharuskan bertarung di sebuah medan pertempuran. Anda bisa memilih dua jenis petarung yang akan berada di pihak Anda, tetapi sisanya akan bergabung menjadi musuh dan bertugas memburu Anda. Medan pertarungan memiliki luas kurang lebih satu stadion sepak bola. Waktu pertempuran adalah satu kalil enam puluh menit alias satu jam. Tugas Anda adalah bertahan hidup sampai waktu pertempuran berakhir. Berikut ini adalah jenis petarung dan jumlahnya yang bisa Anda dipilih untuk melindungi. Semuanya mahir bertarung dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kira-kira, mana yang akan kamu pilih (dua saja)? Dan sebutkan alasannya! 1 pemburu bersenjata 3 beruang 4 singa 5...

Kembali ke Ambon

Seminggu sebelum Idul Fitri 2024 adalah hari-hari menjelang libur panjang bagi banyak orang di Indonesia. Sebelum liburan itu tiba, saya sudah menginjakkan kaki di Ambon lagi. Saya menulis 'lagi' karena kali ini adalah kunjungan kedua saya. Tiga bulan sebelumnya, saya telah berkunjung ke ibukota Maluku ini. Saat itu, saya ke Ambon dalam rangka mendaki Gunung Binaiya di Pulau Seram. Berbeda dengan sebelumnya, yang perjalanan naik pesawatnya berkali-kali transit hingga saya sempat sakit, penerbangan saya ke Ambon kali ini tak memakan waktu lama. Berangkat pada pagi hari dari Ngurah Rai Denpasar. Lalu transit satu kali di Juanda Surabaya. Selepas tengah hari, pesawat yang saya tumpangi sudah tiba di Pattimura Ambon. Tak ada transit di Makassar yang kemungkinan bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Saat penerbangan dari Denpasar ke Surabaya, pesawat mengalami beberapa kali turbulensi. Saya pasrah saja. Apalagi yang bisa kita perbuat? Banyak yang bilang, saat kita sudah di dalam pesaw...