Awan mendung bergelayut di langit pada sore ini. Seharian, Ambon diguyur hujan. Bahkan sesekali, gerimis masih turun. Kondisi ini menambah kesyahduan bagi saya menjelang keberangkatan ke Pulau Damer. Walaupun saya menyukai perjalanan, selalu ada perasaan aneh berkecamuk di dada. Seperti adrenalin yang membuncah, di mana kecemasan bercampur aduk dengan rasa penasaran dan ingin tahu. Entah apa yang akan ditemui dalam perjalanan ini. Dan hujan jadi melengkapi suasana di hati. Bekal Perjalanan Kami telah 'check out' dari hotel tempat menginap. Dalam perjalanan menuju pelabuhan, kami mampir membeli nasi goreng merah. Begitu nasi itu disebut. Sepertinya karena warung yang menjualnya adalah warung 'chinesee food', di mana menu-menu mereka cenderung berwarna merah dan berbahan babi. Nasi goreng itu dibungkus untuk dijadikan bekal selama di kapal nanti. Kata Om Nicky yang mengantar kami, porsi sebungkus nasi goreng itu melimpah. Di Ambon, porsi sebungkus nasi memang banyak. Dan ...
Saya suka jalan kaki. Beberapa tahun belakangan ini, saya selalu membiasakan diri berjalan kaki ke mana pun. Terutama yang jaraknya tak lebih dari lima kilometer. Bahkan sesekali hingga belasan kilometer. Apa pasal? Yang pertama adalah untuk melatih fisik. Kedua karena saya ikut beberapa challenge di Strava yang menghitung prestasi berdasarkan jarak tempuh dengan berlari atau berjalan kaki. Dan yang ketiga adalah karena kebiasaan itu saya jadikan ajang rekreasi, di mana saya bisa menyaksikan berbagai peristiwa yang tentu terlewatkan jika dilalui dengan kendaraan bermotor. Rasanya ada yang aneh dengan kebiasaan jalan kaki ini. Bayangkan, entah berapa kali saya berkeliling di sekitar rumah untuk sekedar beli panganan ringan, misalnya, sebanyak itu pula saya terlihat aneh di mata orang lain yang melihat. Kadang beberapa hari sekali saban sore, saya sengaja berkeliling kota menyusuri trotoar melalui gang-gang tersembunyi, tak jarang beberapa mata menatap saya curiga. Mungkin karena saya s...